Bintang Tamu ‘Pelangi’ di Podcast Deddy Corbuzier, Tuai Pro Kontra

Ibarat kata pepatah “Air susu dibalas dengan air tuba,” niat Deddy Corbuzier untuk mengunggah konten di kanal Youtube bersama pasangan sesama jenis sebagai bentuk realita fenomena sosial masyarakat, justru malah dihujani ratusan ribu hujatan lewat berbagai lini masa. Selain jumlah subscriber yang kian menurun, Deddy pun dinilai oleh sebagian kalangan telah memberi akses dan mendukung penuh keberadaan kaum sesama jenis. Walau kini video tersebut sudah menghilang dari peradaban, mengapa permasalahan ini nampaknya seperti tak berkesudahan?

Bermula dari Podcast ‘Keramat’

Sosok Deddy Corbuzier tentunya sudah tidak asing lagi sebagai salah satu public figure berpengaruh di Indonesia. Mengawali karir menjadi seorang magician dan pembawa acara, kini namanya lebih dikenal sebagai Youtuber dan mendapat julukan rich people dari masyarakat. Apalagi ketika berbicara Close The Door, konten acara di Youtube-nya selalu sukses jadi perbincangan hangat karena menghadirkan bintang tamu penuh kontroversi, eksklusif, hingga paling berpengaruh di negeri ini, termasuk Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin.

Tak jarang beberapa bintang tamu yang hadir dalam podcast-nya harus berurusan dengan aparat penegak hukum, sehingga para netizen menyematkan konten Youtube milik Deddy Corbuzier ini sebagai “podcast keramat.” Alih-alih masyarakat menganggap podcast-nya ‘keramat’ untuk sejumlah figur publik penuh kontroversi, Deddy pun nyatanya juga tak luput dari kritikan pedas netizen atas topik pembicaraan yang menyinggung suatu kelompok maupun hal-hal kontra di tengah masyarakat. Beberapa waktu terakhir, namanya pun kembali disorot tajam akibat konten yang ditayangkan seakan-akan memberi wadah berekspresi terhadap kaum sesama jenis.

TUTORIAL JADI G4Y DI INDO = PINDAH KE JERMAN (tonton sblm ngamuk) RAGIL AND FRED -Podcast”, adalah tajuk dari konten video Deddy Corbuzier bersama Ragil Mahardika dan Vollert Frederik yang diunggah pada 7 Mei 2022 lalu, hingga menjadi sumber kegaduhan warganet Tanah Air. Judulnya pun sudah memantik amarah dan rasa penasaran masyarakat, terlebih lagi sosok yang dihadirkan kerap kali menuai pro dan kontra akibat memproklamirkan dirinya sebagai pasangan sesama jenis. Rasanya pun cukup lumrah, apabila video tersebut menjadi trending topic di berbagai lini masa selama berhari-hari, sebelum akhirnya dihempas oleh ‘sang pemilik rumah.’

Seperti yang kita ketahui, Ragil bersama Fred sudah lama mengikat janji sebagai pasangan sesama jenis di Negeri Matador, Jerman sejak tahun 2018 silam. Ia bersama sang suami kerap kali membagikan aktivitas sehari-hari, kebiasaan hidup masyarakat di Jerman, maupun mengikuti tren-tren lucu lewat media sosial. Mungkin kalian pernah melihat sosok Ragil saat menjadi narasumber stasiun televisi, atau mengikuti tren Tik Tok Kuch To Bata yang diparodikan banyak netizen di Tanah Air. Terlepas dari hal-hal uniknya selama berada di Jerman, tetap saja masyarakat Indonesia tetap melabeli mereka sebagai dua insan dengan ‘kelainan’ seksual.

Ketika memulai perbincangannya bersama Ragil dan Fred, Deddy Corbuzier memberikan sebuah pertanyaan mencengangkan terkait kemungkinkan dirinya mampu menjadi seorang penyuka sesama jenis atau homoseksual. “Gue punya pertanyaan sederhana selama ini as far as i know i’m straight, jadi gue masih suka sama cewek, dari dulu sampai sekarang. Can you make me a gay? Bisa enggak lo jadiin gue gay?,” ungkap Deddy secara blak-blakan. Ragil lantas menanggapinya bahwa hal tersebut bisa saja terjadi walaupun hanya sesaat saja, “Kalau dibilang untuk sesaat mungkin bisa ya, kalau untuk kepuasaan lebih kepada mas mau something yang new,” jawabnya.

Ragil dan Fred membagikan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku hingga akhirnya bersama-sama menjadi pasangan sesama jenis. Ragil pun menyadari bahwa sedari kecil dirinya telah memiliki orientasi berbeda secara seksual dengan kebanyakan laki-laki pada umumnya, bahkan orang-orang di sekelilingnya perlahan-lahan memaklumi akan perbedaan tersebut. “Aku tuh begini bukan karena dibuat-buat atau trauma, memang dari kecil aku berbeda sama temen-temen yang lain. Saat temen laki-laki demen ngeliatin cewe, aku justru lebih suka ngeliatin guru olahraga pria,” ungkap Ragil yang didampingi bersama Fred.

Deddy pun kemudian menanyakan alasan Ragil dan Fred membuka jati dirinya lebar-lebar sebagai pasangan Gay, saat berada di Jerman. Stigma buruk masyarakat Indonesia terhadap LGBTIQ+ (lesbian, gay, bisexual, transgender, intersex, and queer), menjadi alasan utama Ragil memilih untuk coming out atau memberi pengakuan kepada keluarganya bahwa dirinya sudah berbeda secara seksual, dan memutuskan untuk menetap di Jerman. Terlebih setelah menempuh S1 Pendidikan Sosial dan Manajemen dan menikah bersama Fred tahun 2018, Ragil pun kemudian bekerja sebagai konselor dan dikenal pula berkat aktivitas sehari-harinya selama berada di sana. “Pada saat menikah, aku merasa sekarang waktunya untuk kasih tahu ke dunia, kalau ada pasangan LGBT yang sama aja kayak pasangan heteroseksual,” ungkapnya.

Ramai Hujatan dari Warganet

“Merah padam mukanya,” begitulah kurang lebih reaksi banyak warganet hingga sejumlah tokoh-tokoh masyarakat di media sosial, mengecam keras collab antara Deddy Corbuzier bersama pasangan sesama jenis Ragil-Fred di kanal Youtube miliknya. Warganet pun ramai-ramai membanjiri kolom di media sosial mereka dengan tagar #UnsubscribePodcastCorbuzier, dan berdampak langsung terhadap jumlah subscriber Youtube Deddy menjadi 18,6 juta pengikut. Sekaligus para netizen menilai mantan pesulap tersebut telah memberi wadah berekspresi bagi kaum sesama jenis di ruang publik. Beberapa netizen bahkan menuding bahwa Deddy Corbuzier hanya ingin mencari viewers dan adsense, daripada menghadirkan konten-konten berkelas penuh wawasan bagi para penontonnya yang Ia sebut sebagai Smart People.

Pendakwah kondang, Felix Siauw juga turut andil dalam berkomentar terhadap konten Youtube Deddy Corbuzier bersama Ragil dan Fred yang telah ditonton hingga 6,1 juta kali sebelum menghilang dari peradaban. Lewat akun Instagram miliknya @felix.siauw, Felix merasa harus secara ‘terang-terangan’ mengomentari konten Youtube Deddy Corbuzier tersebut yang dirasa sangat provokatif dan membanggakan tindakan maksiat. Ia pun bahkan merasa tidak perlu menonton video tersebut hingga habis, sebab hanya dengan melihat judul dan sosok narasumber yang diundang telah menjadi kampanye negatif dan menjauhi perintah agama. Walau demikian, Felix tetap mengingatkan agar tidak membenci terhadap pelaku maksiat, melainkan perbuatannya yang patut dibenci, “Tapi maksiatnya kita benci, menyebarkan maksiat dan menganggapnya wajar apalagi,” ungkap Felix lewat akun Instagramnya.

Mengantisipasi rasa amarah masyarakat tidak semakin meluas, Deddy Corbuzier lantas buka suara terkait kontennya bersama Ragil dan Fred, didampingi oleh pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah. Lewat sebuah video yang diunggah di kanal Youtube-nya bertajuk “KITA HARUS BICARA TENTANG INI. – Gus Miftah – Deddy Corbuzier Podcast” pada 10 Mei 2022 lalu, Gus Miftah lantas berkomentar soal hujatan netizen yang ramai terhadap konten Deddy bersama Ragil. Gus Miftah merasa bahwa Ragil secara langsung telah melakukan upaya untuk menyebarkan dan melegalkan perbuatan LGBTIQ+ dengan cara pindah negara ke Jerman. Terlebih lagi, secara agama perbuatan tersebut sangatlah dilarang.

Meski demikian, Gus Miftah meyakini pula bahwa niat Deddy Corbuzier mengunggah video tersebut dengan menyematkan kata ‘tutorial’ di dalam judulnya adalah sebagai bentuk pencegahan terhadap masyarakat agar lebih selektif dalam memilih pergaulan. Tak lama berselang, Deddy pun akhirnya meminta maaf dan memutuskan untuk mencabut atau take down video tersebut dari Youtube-nya. Ia juga kembali menegaskan bahwa dirinya hanya untuk menunjukkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat, dan tidak mendukung pula perbuatan tersebut.

LGBTQ+, Benci Namun Perlu Dilindungi

Perdebatan masyarakat terhadap sebagian individu maupun kelompok penyuka sesama jenis yang kini beken dengan istilah LGBTIQ+ masih terus bergulir, apalagi semenjak konten Youtube Deddy Corbuzier bersama pasangan Gay viral dan kemudian banjir hujatan. Masyarakat seakan terbelah menjadi dua kubu yang tengah berseteru di ring tinju, menyuarakan pro dan kontra mereka terhadap kaum penyuka sesama jenis. Pihak pendukung LGBTIQ+ menganggap bahwa orientasi seksual juga termasuk hak asasi manusia seseorang, sehingga negara dan masyarakat perlu menyuarakan anti-diskriminasi terhadap kaum mereka. Sementara itu, pihak kontra merasa bahwa tindakan tersebut adalah penyimpangan (utamanya) agama, dan sama sekali tidak termasuk konsepsi HAM sehingga perlu adanya upaya preventif agar tidak membahayakan generasi berikutnya.

Lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan bahwa 81,5 persen dari 1.220 responden merasa bahwa LGBT merupakan suatu ancaman, serta mayoritas dari responden mengaitkan hal tersebut dengan tindakan yang dilarang oleh agama. Meski demikian, survei yang dilakukan pada tahun 2018 tersebut rupanya juga menunjukkan bahwa 57,7 persen responden berpendapat bahwa kaum LGBT perlu mendapatkan hak hidup yang setara sebagai warga negara, dan wajib pula untuk dilindungi oleh pemerintah. Senada pula dengan SMRC, situs portal berita Tirto.id bersama Jakpat juga melakukan survei pada tahun 2019 lalu dengan pembahasan yang serupa dan melibatkan kurang lebih 1.005 responden. Walau mayoritas responden menganggap LGBT sebagai perbuatan yang salah dan termasuk sebagai penyimpangan sosial dan penyakit mental, 35,92 persen responden tetap menyetujui kaum penyuka sesama jenis tersebut punya hak hidup di Tanah Air.

Alhasil bisa disimpulkan, bahwa sebetulnya masyarakat kini dipertemukan dengan dua pilihan penuh dilematis, antara memperjuangkan kesetaraan hak sebagai manusia atau mempertahankan imannya kepada Yang Maha Kuasa. Seperti yang kita ketahui, permasalahan sosial terhadap kaum sesama jenis alias LGBTIQ+ begitu sensitif untuk dibahas dan kerap dipandang sebagai perbuatan maksiat menurut ajaran agama. Meski tidak dapat dipungkiri pula, bahwa terdapat sebagian kalangan masyarakat gencar menyuarakan kesetaraan dan anti-diskriminatif terhadap keberadaan mereka. Lantas kita pun bertanya-tanya, bagaimana semestinya masyarakat bersuara menanggapi fenomena LGBTIQ+ di tengah-tengah kehidupan sosial sehari-hari, tanpa meninggalkan pula wasiat-wasiat dari Sang Pencipta?

Stigma negatif masyarakat terhadap kaum LGBT disebabkan oleh minimnya pemahaman mereka terhadap sexual orientation, gender expression, and gender identity atau lebih dikenal sebagai SOGIE yang dipopulerkan oleh Sam Killermann. Killermann lalu menjabarkan pemahaman SOGIE lewat skema Kue Jahe atau The Genderbread Person. Singkatnya terdapat empat hal yang disoroti, antara lain biological sex atau jenis kelamin yang sesuai organ reproduksi, gender identity lebih pada kenyamanan seseorang menjadi pria atau wanita, lalu gender expression berfokus bagaimana cara individu menunjukkan dirinya (cara berpakaian, tingkah laku) terhadap lingkungan, dan yang terakhir sexual orientation atau ketertarikan kepada individu lain secara emosional, fisik, maupun seksual.

Tak bisa dipungkiri bahwa pemahaman ‘warga +62’ mengenai SOGIE masih terbilang rendah walau sebenarnya hal tersebut lumrah saja diungkapkan. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD bahkan angkat suara lewat akun Twitternya, dimana para pelaku LGBT hanya akan mendapatkan sanksi otonom seperti caci maki dan pengucilan. “Berdasar asas legalitas org hny bs diberi sanksi heteronom (hukum) jika sdh ada hukumnya. Jika blm ada hukumnya maka sanksinya otonom (spt. caci maki publik, pengucilan, malu, merasa berdosa, dll). Sanksi otonom adl sanksi moral dan sosial. Bnyk ajaran agama yg blm menjadi hukum,” ujarnya.

Sekalipun agama secara tegas melarang perbuatan maksiat tersebut, tetap saja masyarakat apalagi pemerintah jangan sampai terbawa amarah dan memilih untuk menindas kaum LGBTIQ+ bak tumpukkan sampah. Aktivis HAM dan Tim Kampanye Amnesty International Indonesia (AII) Aldo Marchiano, seperti yang dilansir dari vice.com menegaskan bahwa pentingnya mendesak pemerintah agar peka terhadap tindakan diskriminasi kaum LGBTIQ+ yang seringkali ‘kepeleset’ lewat kebijakan maupun pernyataan di hadapan publik. Lebih lanjut, AII pun memberikan sejumlah rekomendasi yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk memberantas diskriminasi kaum LGBTIQ+ antara lain membentuk lembaga imparsial dan independen menyelidiki berbagai kasus pelanggaran HAM terhadap LGBTIQ+, membawa semua pelaku ke meja pengadilan, reparasi atau pemulihan bagi korban, menghentikan kriminalisasi LGBT oleh pejabat daerah, hingga membebaskan korban diskriminasi LGBTIQ+ akibat melanggar norma masyarakat.

Indonesia sesungguhnya mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia yang tidak bisa dipisahkan dari setiap individu, dan wajib hukumnya dilindungi oleh pemerintah. Akan tetapi, keputusan untuk menjadi bagian dari LGBTIQ+ sangatlah bertentangan dengan kodrat yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, yakni pria dan wanita sebagai sepasang manusia. Sehingga, apabila ingin setara dalam pemenuhan hak asasi manusia, tentunya perlu juga menyesuaikan dengan nilai dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, sebab tidak boleh lepas dari nilai-nilai keberadaban dan selalu menggunakan akal sehat dan fitrah manusia.

Terlepas dari pertentangan antara memilih keimanan atau kesetaraan, momen ini semestinya dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran berharga agar lebih selektif dalam memilih pergaulan, peka terhadap realita sosial di lingkungan sekitar, serta mengedepankan akal sehat tanpa dibarengi rasa amarah. Jangan sampai akibat terlalu percaya diri meyakini suatu hal, kita justru bertindak sesuka hati sampai menyakiti orang lain. Biarlah mereka menapaki jalan hidupnya sendiri tanpa perlu kita usik, tugas kita yang terpenting adalah tetap menjadikan mereka sebagai manusia dengan tetap menjaga keimanan kita kepada Sang Pencipta.

Penulis : David Kristian Irawan

Editor : Adelia P. Rejeki

Designer : Annisa Rahayu

Jangan lupa baca artikel lainnya disini !

Follow juga sosial media Sibiru !

Leave a Reply

Your email address will not be published.